Langsung ke konten utama

EVS' Depok Touring!

       Hai pembaca! Hari ini, mau posting laporan perjalanan tur wisata Depok yang gue jalanin bareng teman-teman 11 IPA 1 yang kemarin lalu ngga ikut studi wisata ke Bali. Dipikir-pikir, sayang kalo cuma dibuat  untuk tugas sekolah dan akhirnya disimpan sebagai arsip di folder laptop haha. Mendingan gue posting juga disini, siapa tau aja berguna dan bisa menambah pengetahuan. Berhubung ini laporan, jadi maklum bahasanya formal hehe. Laporan ini disusun gue, Derlin, Isti, Mukhib, dan Viona. Selamat membaca!

              Pada hari Senin, 10 Juni 2013, kami 19 murid XI IPA 1 melakukan touring dengan mengunjungi beberapa wilayah yang menjadi tempat wisata di Kota Depok. Sebelum touring kami berkumpul di SMAN 3 Depok pada pukul 10.00. Setelah kami semua berkumpul, kami merundingkan tempat yang sebelumnya sudah direncanakan dan akhirnya kami memutuskan untuk membagi 19 orang menjadi 2 kelompok, yakni dengan rute angkot dan rute motor, hal ini dikarenakan jumlah motor yang kurang sehingga kami tidak bisa bersama-sama mengunjungi wilayah yang akan dituju. Selain itu, dengan mungunjungi tempat yang berbeda kami bisa saling berbagi pengalaman dan juga pengetahuan. Selesai berunding, kami sempat berfoto di sebelah gedung SMAN 3 Depok lalu berdoa sebelum melakukan perjalanan ini. Kami juga membagi 19 orang menjadi 5 kelompok. Kami adalah kelompok 2 yang terdiri dari Derlin, Isti, Mukhib, Nindya, dan Viona.


    WOODY WOODPECKER GARDEN
                Tempat pertama yang kami tuju adalah Woody Woodpecker Garden yang terletak di Jalan Raya Bogor KM 36, tepatnya dekat Simpangan Depok. Saat kami menuju ke tempat ini, kelompok rute angkot dan motor belum dipisah, sehingga kami semua masih bersama-sama. Woody adalah sebuah pabrik es krim di mana di sebelahnya terdapat taman bermain yang sering dikunjungi anak-anak terutama pada saat liburan. Awalnya, taman ini hanya sengaja dibangun dan tidak bertujuan untuk dijadikan sebagai tempat wisata, namun, ternyata dengan pembangunan taman ini malah menggiring banyak kalangan orangtua yang mengajak anak-anaknya bermain dan berwisata ke Woody. Woody Garden juga biasa dijadikan sebagai tempat refreshing karena sambil bermain kita dapat langsung membeli es krim, jelly, dan sebagainya yang bisa didapatkan langsung dari pabriknya. Harganya pun sangat terjangkau sehingga cukup digemari banyak orang. Untuk masuk, kita tidak perlu membayar. Ketika kami datang ke sana, suasana cukup ramai oleh anak-anak dan juga orangtua yang mendampingi mereka. Seperti kembali ke masa kecil dan bernostalgia kami pun bermain-main permainan yang ada disana. Bermain jungkat jungkit, menaiki patung hewan, bermain ayunan, dll. Tak lupa kami pun berfoto-foto bersama. Sangat menyenangkan sekali dan kenangan itu pun tak akan pernah terlupakan.


A. Dengan Rute Angkot :

    MASJID AL-HUDA
                Sekitar pukul 12.00 siang, kami (Derlin, Nindya, dan Viona) pun berangkat dari Woody Garden menuju tujuan kami selanjutnya dan mulai dari sini kami berpisah menjadi dua rute. Untuk rute angkot, kami menuju Masjid Al-Huda. Masjid Al-Huda adalah Masjid yang berada di Jalan Tole Iskandar tepatnya di Perumahan Griya Depok Asri. Letak masjid ini memang cukup strategis karena berada di sisi jalan pertigaan Tole Iskandar-Depok Tengah-Kemakmuran Raya yang setiap harinya nyaris tak pernah sepi dari lalu lintas kendaraan. Keindahan bentuk dan arsitekturnya yang unik juga membuat masjid ini cukup terkenal di Kota Depok. Sesampainya di sana kami Muslim segera melakukan Shalat Dzuhur karena telah masuk waktunya. Tidak lupa kami berfoto bersama untuk dokumentasi.



    CURUG GENTONG
                Setelah sholat di Masjid Al-Huda, pada pukul 12.30 kami melanjutkan perjalanan menuju Curug Gentong yang berada di Komplek Samudra, Jalan Sersan Aning, A5 I RT01/06, J Depok, Pancoranmas, Depok, di seberang wilayah Pasar Segar.


                Mungkin,banyak yang belum tahu apa itu Curug Gentong. Curug Gentong adalah kerajinan khas Depok yang dibuat oleh pasangan suami-istri Rita Apriyanti dan Rery Enrico yang berupa miniatur air terjun di dalam gentong. Curug gentong yang dibuat pasangan tersebut memiliki keindahan tersendiri. Dengan sentuhan seni yang tinggin air terjun dipadu dengan nuansa alam pedesaan serta rumah tradisional Sunda itu seolah-olah terlihat nyata. Mereka memulai membuat kerajinan ini sejak tahun 2003 silam, dan sudah sangat banyak penghargaan yang mereka raih di berbagai festival seni di Indonesia.
                Material yang digunakan juga berasal dari  bahan daur ulang. Beberapa material yang digunakan antara lain bisa berupa semen, hebel, sumpit, dan sebagainya. Curug Gentong di tempat ini adalah rintisan pertama yang kini memiliki beberapa cabang di kota setempat. Pasangan suami-istri ini dibantu oleh seorang asistennya yang bernama Kang Dede. Tiga orang inilah yang terus mengelola usaha kerajinan keramik dan gentong hingga mendapatkan penghargaan dari pemerintah dan sebagai salah satu ikon di kota Depok. Saat kami melihat bagaimana proses pembuatan kerajinan gentong, Kang Dede menjelaskan bahwa proses pembuatan gentong itu sedikitnya memerlukan waktu selama 3 hari untuk menyelesaikan 1 hiasan gentong atau kerajinan keramik. Kisaran harganya mulai dari Rp 250.000,- untuk ukuran kecil hingga Rp 1.000.000,- atau bahkan sampai Rp 2.000.000,- untuk ukuran besar atau curug yang dibuat dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Kang Dede menjelaskan bahwa untuk membuat curug ini hanya berdasarkan imajinasi saja, dan tentu perlu memiliki kesabaran, ketekunan, dan juga ketelitian yang tinggi. Meskipun begitu, Ia sangat menyenangi pekerjaan ini. Bagi para pembeli yang ingin memesan bentuk isi curug yang diinginkan tersendiri juga bisa, namun tentu tingkat kesulitan bisa mempengaruhi harga dan lama waktu pembuatan. Hal ini tentu membuat pembeli tertarik dan bahkan sudah menarik perhatian tak hanya warga Depok atau Indonesia, tapi warga Singapura, Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang. Demi mendapatkan karya seni khas warga Depok itu, mereka rela jauh-jauh datang ke Depok.






                Wisatawan mancanegara yang banyak tertarik menjadi kebanggaan tersendiri bagi Curug Gentong ini. Tidak heran sangat banyak prestasi yang mereka sudah raih dari kerajinan khas Depok ini. Berikut beberapa foto dari piagam yang sudah mereka dapatkan.



 
                Kami juga mengambil beberapa foto untuk dokumentasi perjalanan kami bersama pemilik Curug Gentong tersebut.





             Akhirnya, pukul 13.30 WIB kami berpamitan pulang kepada pemilik Curug Gentong untuk melanjutkan kembali perjalanan menuju Jembatan Panus dan menikmati pemandangan di kawasan itu serta mengambil beberapa foto untuk dokumentasi.



    JEMBATAN PANUS
                Dari Curug Gentong, kami melanjutkan perjalanan ke Jembatan Panus yang berlokasi di Jalan Tole Iskandar-Jalan Siliwangi, Depok. Mungkin bagi sebagian orang jembatan ini hanya jembatan biasa, namun, siapa yang tahu bila jembatan ini menyimpan banyak sejarah dan misteri.
                Jembatan yang berdiri pada tahun 1917 - 1918 ini, konon berasal dari bahan-bahannya campuran putih telur dan diarsiteki oleh Stefanus Leander, seorang pria kewarganegaran Belanda yang saat itu VOC masih berkuasa di Indonesia.
                Nama Panus itu sendiri diambil dari nama Stefanus Leander. Jembatan yang memiliki lebar lima meter dan panjang 100 meter itu, pernah mempunyai peran tempat perlintasan, hingga peran jembatan tersebut tergantikan. Pemerintah Depok pada 1990 membangun jembatan baru yang terletak sekitar 30 meter sebelah utara Jembatan Panus.
                Sejak didirikan jembatan baru (1990), Jembatan Panus mulai ditinggalkan. Bahkan, karena sudah tidak sering dilalui masyarakat umum, hanya warga perkampungan Poncol yang masih menggunakan jembatan ini, tersebar cerita-cerita bernuansa mistik.
                Konon dari cerita mulut ke mulut, sering terjadi penampakan hantu sang kreator jembatan Panus. Stefanus dan istrinya dikabarkan masih sering terlihat melintasi jembatan itu. Seperti yang banyak diberitakan, sudah banyak kasus yang terjadi di jembatan ini seperti kasus pembunuhan, kasus bunuh diri, kecelakaan, dan masih banyak lagi. Namun, bagaimana pun juga cerita mistik tersebut belum tentu melatarbelakangi kejadian-kejadian yang terjadi di daerah ini. Setelah berfoto bersama, pada pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan ke Es Pocong Margonda untuk berwisata kuliner. Di sana pula kami berjanji dengan anak-anak rute motor untuk bertemu kembali.




B. Dengan Rute Motor:

    MASJID KUBAH MAS / MASJID DIAN AL MAHRI
            Perjalanan selanjutnya untuk kami setelah dari Woody Garden bagi rute motor (Isti dan Mukhib) adalah Masjid Kubah Emas yang berada didaerah Limo, Depok. Ketika sampai memasuki gebang Masjid Kubah Emas lalu kami pun parkir. Terpesona dengan keindahan Masjid Kubah Emas yang sangat eksotik dan megah. Jalan menuju masjidnya pun sangat bersih dengan taman-taman yang terawat. Karena keindahannya tersebut kami pun tidak mau kenangan yang kami buat terlewat begitu saja, akhirnya kami menyempatkan untuk berfoto sambil jalan menuju masjidnya.
                Karena kami sampai tempat tersebut sudah memasuki waktu Dzuhur kami pun sholat disana, menikmati indahnya arsitektur masjid tersebut dan beristirahat sebentar untuk menghilangkan rasa lelah. Keadaan masjid sepi, mungkin karena saat itu adalah hari libur, jadi hanya sedikit orang yang mendatanginya. Setelah kami merasa cukup kami pun menyudahi kunjungan kami di Masjid Kubah Emas dan melanjutkan perjalanan kami selanjutnya.


Berikut adalah profil Masjid Kubah Mas, dikutip dari Wikipedia :

Masjid Dian Al Mahri
Masjid Dian Al Mahri
Letak
Afiliasi agama
Deskripsi arsitektur
Jenis arsitektur
Masjid
Gaya arsitektur
Timur Tengah
Pembukaan tanah
50.000 M2
Tahun selesai
2006
Spesifikasi
Kapasitas
20.000 Jemaah
5
Diameter kubah (luar)
20 meter
6
Tinggi menara
40 meter
             

                 Masjid Dian Al Mahri dikenal juga dengan nama Masjid Kubah Emas adalah sebuah masjid yang dibangun di tepi jalan Raya Meruyung, Limo, Depok di Kecamatan Limo, Depok. Masjid ini selain sebagai menjadi tempat ibadah salat bagi umat muslim sehari-hari, kompleks masjid ini juga menjadi kawasan wisata keluarga dan menarik perhatian banyak orang karena kubah-kubahnya yang dibuat dari emas. Selain itu karena luasnya area yang ada dan bebas diakses untuk umum, sehingga tempat ini sering menjadi tujuan liburan keluarga atau hanya sekedar dijadikan tempat beristirahat.

                Masjid ini dibangun oleh Hj. Dian Djuriah Maimun Al Rasyid, pengusaha asal Banten, yang telah membeli tanah ini sejak tahun 1996. Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 dan selesai sekitar akhir tahun 2006. Masjid ini dibuka untuk umum pada tanggal 31 Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha yang kedua kalinya pada tahun itu. Dengan luas kawasan 50 hektar, bangunan masjid ini menempati luas area sebesar 60 x 120 meter atau sekitar 8000 meter persegi. Masjid ini sendiri dapat menampung sekitar kurang lebih 20.000 jemaah. Kawasan masjid ini sering disebut sebagai kawasan masjid termegah di Asia Tenggara.

      SITU LIO
         Selesai dari Masjid Kubah Emas tujuan kami selanjutnya yaitu Situ Rawa Besar/Lio. Kami berangkat ke sana pada pukul 13.30. Situ Lio berada di wilayah Jalan Nusantara. Tempatnya agak masuk kedalam gang. Banyak sekali tambak-tambak ikan yang dimiliki oleh warga didaerah tersebut. Dan juga terdapat perahu-perahu. Keadaan situnya kurang bersih karena terdapat banyak sampah didalamnya, hal itu mungkin karena situnya kurang terurus dan dekat dengan pemukiman warga. Tapi pemandangan yang diberikan oleh situ tersebut sangatlah indah dan menambah pengetahuan kami tentang rawa yang ada di Depok tercinta. Dan yang tak ketinggalan kami pun juga mengabadikannya dengan foto bersama-sama di sana.


      ES POCONG MARGONDA
           Perjalanan terakhir kami bersama adalah wisata kuliner yaitu di Es Pocong yang beralamat di Jalan Margonda Raya. Baik yang melalui rute motor ataupun angkot sama-sama berangkat ke sana pada pukul 14.00. Banyak sekali kejadian lucu yang sulit kami ceritakan dalam laporan ini dan kejadian tersebut akan selalu terpatri didalam ingatan kami.
  Disana kami mencicipi menu-menu andalan yang ada ditempat tersebut, salah satunya terdapat es pocong namanya sama seperti tempatnya, seperti bubur sumsum didalamnya dengan campuran sirup. Es pocong adalah minuman sejenis bubur sumsum ditambah dengan sirup strawberry, potongan pisang dan es. Sedangkan, mie ronggeng adalah sejenis mie goreng instan ditambah bumbu-bumbu ala masakan Cina. Mendoan iblis adalah tempa mendoan yang digoreng bersama telur dadar kemudian di atasnya diberi saus spaghetti dan saus sambal. Kemudian jenglot adalah makanan sejenis kentang goreng ditambah dengan saus spaghetti dan saus tomat. Kami menikmati makan siang di tempat itu.




 
            Kemudian pada pukul 15.00 WIB sebagian dari kami pulang ke rumah masing-masing. Namun Derlin, Nindya dan Viona menyempatkan diri untuk pergi ke Gramedia terlebih dahulu bersama Naimah dan Mirza untuk membaca dan mencari beberapa buku. Gramedia adalah salah satu toko buku terbesar di Kota Depok. Pada pukul 16.00 baru kami pulang ke rumah masing-masing.

           Kami mengunjungi berbagai tempat di atas memang direncanakan bersama dengan satu kelas. Kami melakukan hal tersebut agar perjalanan keliling Depok yang dibilang mungkin membosankan itu tidak terwujud dan buktinya wisata Depok kami sangatlah menyenangkan dengan kebersamaan kami untuk mengukir sebuah kenangan bersama senang, lelah, gembira menjadi satu di dalam ingatan kami dan tak akan pernah terlupakan. Terimakasih, 11 IPA 1 !


Komentar