Langsung ke konten utama

"Quarter-Life Crisis" : Bertarung Melawan "Insecurity" Sebelum Menikah

"Mama, nonton drakor yuk mumpung ditayangin di TV, tentang pelakor 🤣"
Sebuah usaha untuk mencari hiburan untuk Mama, yang memang sudah jenuh, karena kegiatan les privat berhenti sementara akibat pandemi Covid-19. Semoga wabah ini segera berakhir, semoga bumi segera pulih, dan semoga hati nurani seluruh manusia segera terbuka untuk selalu peduli dengan keselamatan orang lain, apapun profesinya.

Untuk pertama kalinya, Mama pun senang dan ketagihan 🤣
Aku pun baru kali kedua menonton drakor, itupun yang pertama berupa adaptasi dari Webtoon yang kusuka sehingga penasaran seperti apa eksekusi aktornya di lapangan.

Baru beberapa episode dan... wow, ceritanya sangat menguras emosi, tapi, poinnya, cerita ini mengandung banyak pesan moral yang bisa diambil khususnya untuk para kaum milenial atau anak muda jaman sekarang. Tidak dapat dipungkiri bahwa bagi sebagian orang terutama perempuan, menikah adalah tujuan hidup yang harus dicapai, tapi apakah tujuan itu sudah dilandasi ilmu dan persiapan yang matang?

Drama ini mengajarkan bahwa kehidupan pasca pernikahan sungguh berat dibanding sebelum menikah. Ya, mempertahankan memang lebih sulit daripada meraih. Terlebih, jika kita tidak dapat mengendalikan sifat egois dan keserakahan.
-------------------------------------------------------------------------------------
Menonton drama ini sempat membawaku terbayang di masa-masa dulu, di mana aku pernah (pernah, bukan masih) berada di 1 titik terendah, dan berpikir,
"Apakah dari lubuk hati dan kejujuran yang paling dalam, fisik dan kecantikan memang menjadi tolok ukur yang terpenting bagi sebagian besar laki-laki? Tidakkah mereka bisa bertahan dengan faktor lain? Mengapa banyak laki-laki yang sulit sekali untuk setia?"

Faktanya? Ada di sekeliling. Sanak saudara, teman, orangtua teman, teman orangtua, temannya teman, dan segala kisah viral di media sosial. Aku harap kita semua tidak akan seperti itu.

Karena pernah berpikir seperti itu, aku sempat merasa kecil dan tidak percaya diri dengan segala macam kekurangan. Terlebih, bahkan ada yang memutarbalikkan konsep dalam agama sebagai alasan untuk mendua atau lebih. Ini mengerikan, dan menjadi mimpi buruk bagi para perempuan.

Aku tidak bisa menentang poligami karena aturan itu datangnya dari Allah.

Tapi, sungguh, sudah sesempurna apa dirimu yang bisa mengambil keputusan untuk menyamai Nabi Muhammad SAW? Perlu kau pahami bahwa Nabi tidak pernah berpoligami saat bersama Khadijah, meskipun setelah Khadijah wafat memang seperti itu TETAPI dengan kondisi khusus yang memang dirahmati Allah untuk tujuan dakwah, sama sekali bukan karena nafsu.

-------------------------------------------------------------------------------------
Aku pun kembali berpikir, mengapa sulit sekali menjadi perempuan?
Tidak semua terlahir cantik secara fisik, tetapi semua cantik dengan caranya masing-masing. Tidak semua orang mampu menurunkan berat badan dengan cepat, termasuk aku. Sudah mengurangi makan, sudah menyibukkan diri, sudah menyempatkan berolahraga setiap hari selama WFH, juga berpuasa, tapi apa? Untuk menurunkan 0,5 kg saja benar-benar sulit, padahal sudah berupaya sedemikian rupa. Mungkin begitu pula bagi mereka yang ingin menaikkan berat badan, sudah banyak makan, tapi tetap saja terlalu kurus.

Ya, tidak semua orang mampu meraih berat badan ideal, karena berbeda kebutuhan gizi, bawaan genetik, ataupun penyakit tertentu (namun beda cerita jika seseorang tidak berniat merawat diri dan tidak bisa menahan diri, justru ini sebuah kesalahan karena tidak menerapkan pola hidup sehat).

Lama-lama,
"Aku cape. Iya cape banget. Cape mengikuti standar cantik yang dipuja-puja masyarakat. Kamu tidak akan pernah bisa menjadi orang lain, Nin, dan tidak perlu seperti itu. Tapi... adakah yang bisa menerima? Lebih tepatnya... adakah yang bisa menerima, dan tetap setia sehidup-sesurga tanpa ada orang ketiga?"

Menjadi wanita karir sungguh suatu tantangan yang sulit. Harus bekerja, tapi nanti harus mengurus suami, mengurus anak, mengurus segala pekerjaan rumah tangga, menjaga hubungan dengan orangtua dan mertua, dan sebagainya. Dengan tuntutan itu, apakah aku masih sempat merawat diri dengan baik? Di kala aku mungkin semakin melebar setelah melahirkan, terus menua karena lelah dan stres, dan tidak segar seperti di awal lagi, akankah suami tetap melihatku dengan perasaan yang sama?

-------------------------------------------------------------------------------------
Rasanya memang tidak adil jika terlalu memojokkan kaum laki-laki seperti itu, hahaha. Namun, ini adalah perwakilan dari banyak perasaan teman-temanku saat ini, khususnya yang sedang memasuki quarter life crisis. Kami pun tahu, mungkin di benak laki-laki pun banyak yang berkata, "Kalau begitu kita impas dong, kalian sendiri juga maunya laki-laki yang mapan dan tampan kan? Wajarlah kami juga mencari yang cantik!"

Sejatinya laki-laki akan menjadi tulang punggung, kalau aku memiliki anak perempuan, tentu aku tidak akan rela membiarkannya hidup susah, pun tidak mengizinkannya bergaya hidup hedonis, tapi aku akan mengajarkan untuk selalu mendukung dan menghargai pasangannya jika mau berusaha maksimal. Tampan itu relaitf, dan kurasa semua akan kalah jika lelaki tersebut benar-benar tulus mau berjuang, dan bisa menjadi calon imam yang baik.

Tapi, memang tidak bisa dipungkiri, bahwa jaman sekarang pun perempuan banyak yang mengkhianati suaminya, terlebih jika dirinya lebih "superior" dari segi harta dan merasa pantas mendapat yang lebih. Aduh, susah ya? Jadi sekarang siapa yang salah? Ya, bukan perempuan, juga bukan laki-laki. Yang salah adalah mereka yang tidak bisa memahami agama dengan benar, tidak bisa menjaga kesetiaan, dan tidak bisa menghargai pasangannya apapun kondisinya. Ingatlah apa visi-misi pernikahan yang telah dijanjikan bersama. 

Akhirnya memang kusadari, menjadi perempuan ataupun laki-laki, tentu ada kesulitan masing-masing. Tidak bijak mencari kesalahan dari masing-masing gender, karena siapapun bisa melakukan kesalahan. Semoga kita tidak menjadi kesalahan-kesalahan berikutnya yang sudah terjadi pada orang lain. Lalu, jangan lupa, cintai dirimu sendiri sebelum mencintai orang lain!

-------------------------------------------------------------------------------------
Sebagai perempuan, kita juga tidak boleh terlalu lemah dan selalu merasa berada di pihak korban, sebab banyak perempuan nakal yang tidak bisa menjaga dirinya dengan baik. Bahkan, sudah tidak punya harga diri dengan merebut milik orang lain. Kebahagiaan yang datang dari hasil rampasan tentu hanya bertahan sementara. 

Di sisi lain, ada kalanya kita harus mandiri, serba bisa dan kuat dalam segala hal, tentuya tanpa merendahkan kaum laki-laki. Kenapa? Faktanya, akan ada suatu keadaan dimana pasangan harus saling menopang, finansial tidak selamanya berada di atas, dan tidak bisa dipungkiri bahwa dana darurat itu sangat dibutuhkan untuk bertahan hidup. Intinya, butuh saling pengertian dan menurunkan rasa gengsi.

"Tapi kan, Nin, sebaik-baiknya perempuan adalah yang berada di rumah?"

Apakah tenaga medis seperti perawat yang kebanyakan perempuan itu harus berdiam diri di rumah? Lalu siapa yang mau merawat orang sakit?

Memahami Al-Qur'an tentu harus menyeluruh, karena selalu relevan dengan zaman apapun. Beraktivitas atau bekerja di luar rumah hendaknya tetap menjaga syariat, menjaga diri dari fitnah, dan tahu batasan-batasan yang seharusnya. Koreksi jika aku salah. 

Menurutku, menjadi seorang ibu rumah tangga atau wanita karir akan selalu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada gunanya jika kamu menjadi ibu rumah tangga tapi anak-anakmu sendiri masih diurus oleh orangtua atau mertua dan bermalas-malasan mengerjakan pekerjaan rumah. Sebaliknya juga tidak ada gunanya kalau kamu menjadi wanita karir tapi menelantarkan anak dan orangtua begitu saja tanpa perhatian sedikit pun hanya karena kamu memiliki uang. 

Jika kamu seseorang ibu rumah tangga yang juga bekerja dari rumah setiap hari, selamat, kamu sungguh beruntung, sebab tidak semua memiliki kesempatan seperti itu. Hehe, berarti aku juga mengucapkan selamat kepada Mama sendiri, yang menjadi panutan terbaikku, karena aku tahu betapa berat jalan terjal yang Beliau jalani bertahun-tahun tanpa orang lain tahu.

-------------------------------------------------------------------------------------
Teruntuk kawan-kawan seperjuangan,
Jangan galau jika belum menikah,
Segala kompleksitas pemikiran di atas menggambarkan betapa pernikahan butuh persiapan yang matang, karena tentu kita menginginkan pernikahan hanya sekali seumur hidup, dan sesurga kemudian. Bukan untuk dipamerkan.

Ingat, pernikahan bukanlah perlombaan,
Kita berada di garis waktu masing-masing,
Tidak perlu iri dengan mereka yang menikah muda, pun tidak perlu mencela mereka yang menikah terlambat. Selain itu, jangan merasa hebat jika kalian sering menjalin hubungan tapi tidak kunjung dapat kepastian. Kebiasaan itu bisa terbawa sampai kapanpun. "Seseorang yang selingkuh akan melakukannya lagi di lain waktu", salah satu peringatan dalam drama korea ini. Ingat, kita manusia, bukan barang. Tidak ada laku dan tak laku. Jika memang harus dianalogikan dengan barang, semakin tinggi nilai suatu barang, biasanya hanya orang tertentu kan yang dapat memilikinya? Jadi, jaga kesucianmu 😊

-------------------------------------------------------------------------------------
Berbicara soal standar dan tipe, sah-sah saja jika masing-masing orang memiliki calon idaman dalam impiannya. Tapi entah mengapa, kadangkala hal seperti itu sangat berbeda tipis dengan rasa egois, maka berhati-hati dalam menyimpan rasa. Ikhlas tentu sulit, tapi kita harus percaya dengan rencana-Nya bukan?

Sekeras apapun kita berdoa, tidak akan bersatu jika tidak digariskan. Ikhlas adalah puncak tertinggi dalam mencintai, dan pastinya calon pasanganmu akan sedih jika kamu menginginkan orang lain dan belum bisa menghilangkan perasaannya. Maka, lanjutkan perasaan dengan yang halal saja ya!

Kini, ucapan doaku kurang lebih seperti ini : "Ya Allah, pertemukan aku dengan seseorang yang benar-benar tulus, bisa memimpinku, dan menyayangi keluargaku, jika Engkau berkehendak untuk mempertemukan di dunia. Tetapi jika Engkau mempertemukan di akhirat, mohon bimbing dan kuatkan aku untuk selalu berada di jalan yang benar saat di dunia..."

Kenapa seperti itu?
Karena tidak ada yang tahu, siapa yang menjemput lebih dulu kan? Jodoh, atau maut?

Tentu tidak masalah jika kamu tetap menyebut namanya dalam doa, dan memang sudah banyak contoh yang berhasil. Hanya saja, aku jauh lebih merasa tenang ketika mulai memasrahkan diri, karena sudah bersiap dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Sebab, sampai saat ini, tidak ada satupun jalan cerita Allah yang mengecewakan dalam hidupku.

Sekali lagi, hidupkan prasangka baik, semoga kita bertemu dengan pasangan masing-masing di dunia dan akhirat

-------------------------------------------------------------------------------------
Yang tidak kalah penting:
Bahagiakan orangtua sebelum menikah. Sebab setelah menikah, kamu akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama pasangan, bukan dengan orangtua. 

Semoga bisa menjadi pengingat untukku, untuknya, dan untuk siapapun
-------------------------------------------------------------------------------------


Photo by Ylanite Koppens from Pexels


-------------------------------------------------------------------------------------

Terakhir...

Apresiasi tertinggi aku tujukan kepada para tenaga medis, seluruh profesi, dan seluruh masyarakat yang sudah berjuang dengan caranya masing-masing demi menghentikan penyebaran Covid-19.

Jika kita tak bisa berbuat banyak, berdoa dan berdiam diri di rumah adalah cara termudah untuk menyelamatkan banyak nyawa.

Kita tentu berharap penanganan pandemi ini mengedepankan keselamatan dan keadilan bagi semua orang. Aku percaya setidaknya doa orang-orang baik akan menggapai ridha Allah untuk menunjukkan yang benar, menghukum yang berbuat dzalim, dan memulihkan bumi ini kembali.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Semoga kita bertemu di Ramadhan selanjutnya tanpa terpisah jarak, dengan cerita yang lebih indah.

-------------------------------------------------------------------------------------

Visit my English translation on my https://medium.com/@vianindya.27 

Komentar