Langsung ke konten utama

Kritis!

Hai. Hari ini gue mau cerita serius. Ini panjang buanget. Sensitif lagi. Jangan dibaca kalo ngga sanggup baca dengan teliti sampai habis. Kalo ngga, yang ngga kenal gue aja bisa tiba-tiba jadi haters. Hehe love you readers!

One month left for holidays and I'm still doing something useless day by day. And I just realized when Ramadhan was over a week ago, I didn't use that chance properly and maybe it's one of the most-not-productive Ramadhan I have passed during my life. At the last day of Ramadhan, suddenly these eyes brought tears for what have I done. It was too fast. And I knew it was too late to regret. But I believe, Allah is the most merciful. Regret won't bring anything. Just keep my faith everyday, not just in Ramadhan but also in the other 11 months. Satans are back right now, haha. So they will bother us more than before with their-infinite-ways, until the judgement day. Yeah :(
Judgement day?
Rasanya, dunia sedang mendekati hari akhir itu, yang pasti terjadi.

Sadarkah segala hal kini sudah tak seindah dulu? Ceilah haha. Maksudnya, semakin banyak keanehan dan keributan terjadi dari hari ke hari, entah LGBT lah, entah bapak bunuh anak atau ibu atau sebaliknya atau semuanya saling bunuh (?), entah perang agama lah yang bikin kubunya masing-masing bisa bikin hati panas dan emosi juga, dan beragam "entah" yang lainnya. Gue tau sih, itu semua bukan urusan gue selama gue baik-baik aja ngejalanin hidup. Anehnya, kenapa gue malah pusing sama begituan dibanding pusing mikirin diri sendiri yang buat ngubah sifat jelek aja masih belum bisa? Iya, seharusnya setiap orang pusing sama diri sendirinya aja dulu. Tapi ngga bisa dipungkiri, kita ngga boleh jadi orang apatis yang ngga peduli sama lingkungan sekitar. Mau jadi apa generasi selanjutnya? Hanya saja, seringkali kepedulian itu tidak disalurkan melalui cara pandang yang luas.

Masih lanjutan dari tulisan gue yang sebelumnya, teknologi bisa membunuh, seperti itulah yang sekarang merenggut kebahagiaan kita. Seiring teknologi, media pun berkembang sedemikian cepat, dan yang gue sayangkan media sekarang meluluhlantahkan kerukunan masyarakat karena dustanya. Langsung bicara fakta saja, kasus Tolikara yang mengoyak kerukunan umat beragama. Dan seperti biasa setiap ada masalah tentang SARA, selalu ada 2 kubu yang hadir di Timeline gue entah di FB, Line, Twitter dan kawan-kawannya sekalian. Jujur aja gue bukan membedakan teman muslim dan yang non-muslim, tapi gue merasakan bagaimana media menghadirkan cerita yang beraneka ragam, dan ini yang melancarkan provokasi dimana-mana. Mengapa sulit berkata salah jika memang salah? Atau media yang memutarbalikkan fakta? Ketahuilah hai para jurnalis, kalianlah sarana jendela dunia, karena pada zaman sekarang, masyarakat mudah sekali menarik opini dari suatu berita yang dibaca tanpa mengetahui validitasnya.
Rasanya, lebih baik kita yang dateng aja kesana buat klarifikasi segala hal, tapi apa daya semua cuma angan-angan. Gue sedih liat pertengkaran kayak gini. Banyak kesalahpahaman. Berdoa aja untuk diri kita, keluarga kita, saudara-saudara kita dimanapun dia berada untuk diberikan kekuatan sama Allah. Kita tidak punya hak, bahkan tidak tahu sisi mana yang benar dan mana yang salah, maka yakin saja hukum akan ditegakkan dengan sebaik-baiknya. Jika masih berbelit-belit, yuk ah belajar dulu di bidang masing-masing, supaya ketika masa-masa dimana kita berdiri sebagai pemimpin, kita bisa ubah semuanya bersama. Gue percaya, Allah akan bersama orang-orang yang benar, and that Judgement Day will come to show us the right side and wrong side.

Kritis.
Berpikir positif.
Belajar sebanyak-banyaknya.

Selama 3 hal itu menjadi pegangan setiap individu, gue rasa dunia ini aman-aman aja. Gue percaya semua orang pada dasarnya baik, dan tiada satupun manusia yang mau gagal di akhirat nanti. Setiap orang punya kepercayaan masing-masing, yang disebut agama. Tapi apakah kita telah memaknainya dengan sebaik-baik pemahaman?

Mungkin tulisan ini terlalu "berani" dalam anggapan beberapa orang.
Pernahkah terbesit dalam pikiran kalian?
Untuk mencoba mencari kesalahan, yang mungkin ada dalam kepercayaan kalian?
Gue, pernah, bahkan, sedang dalam proses.
Tunggu dulu. Gue bukan bermaksud murtad, coy.
Coba dipikir dari berbagai sudut pandang, dan pahami sebaik-baiknya :
"Mencari kesalahan = membuktikan kebenaran, jika dan hanya jika kesalahan itu tidak ditemukan"
Bener ngga? Sesungguhnya pengertiannya sama tetapi dua kalimat itu berbeda, seandainya gue pakai kalimat membuktikan kebenaran, pasti rasanya jauh "lebih sopan" dibanding mencari kesalahan seperti di atas.
Maybe one of all of you said like this after you read : Nin lo udah mulai gila kali -_-
So what? Gue punya banyak alasan kenapa gue melakukan hal tersebut.

Pertama, gue yakin sebuah kepercayaan adalah suatu hal yang sakral dan tanpanya kita tidak akan selamat, entah menurut orang atheis atau sejenisnya gue mungkin aneh. Ya terserah sih.

Kedua, gue percaya kebenaran hanya milik Allah. Ketika setiap orang berlomba-lomba memberi argumentasi tentang kepercayaan yang mereka anut, baik yang muslim maupun non-muslim maupun atheis dan sejenisnya, gue cuma bisa jadi silent reader. Parahnya, mereka saling memberi link-link yang entah turun darimana, yang isinya menyudutkan agama tertentu.
Dari poin kedua ini gue mikir,
Daripada ikutan komentar, kenapa gue ngga cari aja sih kebenarannya? Ngga salah kan gue coba, untuk mempelajari berbagai agama?
Apa yang gue ketik pertama kali di mbah Google?
"Kesalahan agama ....... " *teks hilang*  wkwkwk ya lo bisa tebaklah. Dan itu gue cobain ke beberapa kepercayaan, walaupun belum semua, rumit ternyata karena banyak banget argumen yang ditumpahkan dan gue merasa bodoh banget karena susah mencerna. Ngga percaya? Coba lah! Takut? Lo mau cari kebenaran kenapa takut? Bukankah ketika kebenaran itu lo temukan, lo semakin cinta sama kepercayaan lo? Dan ketika merasa salah, ya lo masih punya waktu buat mahamin dan cari tau lebih banyak, kalo punya salah jangan dipelihara lah. Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali kan?

Ada yang berargumentasi terhadap Islam seperti ini,
"Mengapa watak iblis sama dengan watak Allah? Sama-sama menyesatkan? Dikatakan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 88 : "Maka mengapa kamu terpecah menjadi 2 golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya."
Terus tau tanggapan gue? Saking polosnya, gue bilang dalam hati, "lah, iya juga ya?" wkwkwk inilah yang gue takutkan sama sebagian orang yang kayak gue. Punya agama tapi ngga diperdalam ilmunya. Gue coba ubek-ubek mbah Google untuk dapet penjelasan dari berbagai sumber dan mengaitkan dengan logika gue yang super cetek ini. Ternyata ilmu tafsir masyaAllah dahsyatnya. Keyakinan dan logika saling terkait dan sangat suliiit dipahami. Ditambah, berbagai tulisan di internet tidak didukung dalil yang kuat dan gue masih sangat bodoh dalam mencerna informasi yang benar. Tapi, gue berusaha aja. Salah satu penjelasannya gue temuin di link ini mengenai jawaban dari argumen di atas.

Ini baru satu, belum yang lain-lain. Ternyata ilmu Allah benar-benar di luar jangkauan manusia. Banyak yang belum gue ketahui kebenarannya.
Apa yang gue dapet dari kelakuan gue yang mungkin menurut lo gila ini?
Gue semakin cinta Islam. Semakin ingin menguak segala tentangnya. Islam is perfect.

SATU HAL.
Gue nulis kaya gini tau kok resikonya. Serius. Gue yang memperdalam agama mungkin masih 0,00001% ini BUKAN BERARTI secara tidak langsung menyalahkan agama lain. Seandainya gue ini bukan orang muslim, terus gue perdalam agama A, atau B, misalnya, bisa aja gue malah cinta juga sama agama yang gue anut itu. Terus gue bilang "A is perfect or B is perfect" juga. Di sini posisi gue adalah sebagai orang yang memiliki pemahaman sebagai gue, Nindya Viani, bukan sebagai a, be, ce, de, ef, dan seterusnya. Yang gue pahami apa? Ya itu barusan Islam is perfect. Kalo menurut lo berbeda, ya it's okay for me. Jalanin kepercayaan masing-masing aja. Udah gede kan? Kita sendiri yang memilih jalan yang kita tempuh. Yang maha tahu Allah, yang memiliki semesta, bukan gue. Jadi kalau ada berbeda pemahaman, ayolah kita terima. Kita sesama umat manusia yang dikasihi Allah. TAPI, usahakan cari kebenaran itu. Jangan sekadar beragama hanya untuk turun-temurun saja. Bukan apa-apa, tapi nanti nyesel. Gue pun nyesel banget kepikiran hal kecil yang berdampak besar gini baru sekarang. Untungnya masih dikasih kesempatan. Allah maha baik :')

Gue nulis gini bukan asal cuap-cuap aja.
10 tahun gue lama menimba ilmu di sekolah swasta Katolik, dengan teman-teman yang berbeda kepercayaan. Kini, gue sedih kalo kita terpecah hanya karena diri kita sendiri yang ngga sabar dan mudah terpancing emosi. Tolonglah, jangan jadi kelompok yang memprovokasi dari pihak manapun.
Gue cuma mau buka pandangan kalian semua kawan, janganlah bertengkar. Islam mengajarkan toleransi. Gue bahagia punya sahabat yang berbeda agama. Baru-baru ini gue ketemuan sama 4 temen deket gue yang beda agama. Ada yang Kristen Protestan, Katolik, dan Buddha. Dan gue merasa bahagia bisa baik-baik aja sama mereka, walaupun dalam beberapa hal, gue akuin kita pernah sempat renggang, dan ada pemahaman gue yang ngga sejalan sama mereka, tapi makin kesini kita saling bisa nerima walaupun entahlah kalo ada yang ngeganjel diantara kita wkwkwk. Jalan gue ya gue, lo ya lo. Lo mau ngapain terserah lo begitupun juga gue. Gue cuma menyarankan tetep ada di jalan yang baik aja selama kita masih hidup. Tapi, pemahaman terbaik adalah pemahaman yang pribadi cari sendiri dengan niat yang kuat. Jangan menerima apa yang sudah ada, tapi kritisi, pikirkan, dan pahami sebaik-baiknya. Akses internet bukan cuma buat belajar mata kuliah dan ngelike akun-akun galau yang menuhin TL doang cuy, selama bisa dipake buat yang lebih berguna kenapa ngga? Hidup lo sempit kalo cuma sebatas ngejar kebahagiaan dunia!
Ingat lho, hari akhir itu PASTI ADA. Peganglah, satu-satunya yang dipercayai, yang bisa membawa lo ke jalan keselamatan.
Ayo belajar.
Ayo perdalam.
Dan gue yakin setiap orang akan punya proses yang berbeda-beda dalam menggapai keyakinan dan kebahagiaan dunia akhirat. On that Judgement Day, all of us will know.

Hmm... Akhirnya, tulisan ini cuma bisa hadir di blog ini aja. Yang baca siapa juga -_-
Maunya sih, bisa dibaca banyak orang.
Maaf ya, gue masih terlalu takut dihujat banyak orang.
Ilmu gue masih cetek.
Beuh, ini kalo ditulis di Line terus dishare Public yang ngehujat berapa ribu kali ya wkwkwk.
Maaf untuk segalanya, gue terlalu random selama ini.
Gue selalu bahagia setiap selesai menyampaikan pendapat dengan bebas, sekalipun yang baca 1-2 orang aja. Setidaknya gue bisa saling berbagi pelajaran dengan 1-2 orang itu, dan sama-sama memperbaiki diri untuk lebih ikhlas dan sabar,

Jika aku berbuat salah, salahkan padaku.
Don't blame it to my religion. Don't blame it to my jilbab. Don't blame it to my family. Don't blame it to my friends. Don't blame it to my school, university, and anywhere that I'm holding their names. Blame it just only to me.
"Karena seorang penulis harus dapat mempertanggungjawabkan tulisannya"

Salam sayang dariku buat kalian semua, semoga suatu saat yang entah kapan ditemukan tulisan ini oleh banyak manusia, aku berharap tulisan ini bermanfaat buat Indonesia, dan dunia, baik saat aku masih ada ataupun ngga ada :)

Komentar