Langsung ke konten utama

Apa dan Mengapa?

Hai. Rasanya cukup asing setelah sekian lama ngga nulis.

Kehidupan berkembang seiring berjalannya waktu.
Ternyata, dunia ini begitu keras, namun pada saat yang bersamaan, dunia ini dapat begitu indah.
Ya, semuanya tergantung dari perspektif masing-masing.
Sebab setiap orang melihatnya dari sudut pandang berbeda.

Technology.
It helps but also kills us.
Makes something easier but in the other side it makes more difficult.
Being so close to something far, but oh, we're so far away to something near.

Ya. Teknologi memudahkan sekaligus menyulitkan.
Karena mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat.

Sungguh keras, wahai engkau, teknologi, terhadap anak-anak kecil yang kini terenggut masa kecilnya oleh gadget yang mereka genggam. Apalagi, jika orangtuanya pun demikian. Semuanya tumbuh menjadi sosok yang asyik dengan dirinya sendiri dan dunia luar. Apa yang bisa diharapkan dari penerus-penerus yang individualistis?
Tidak, itu tidak sepenuhnya benar. Tanpa teknologi manusia tak berkembang. Bahkan semuanya akan berjalan lambat. Lalu untuk apa ada ilmu pengetahuan yang mampu membongkar semuanya?

1 masalah.
Memunculkan 2 jenis opini.
Melahirkan jutaan argumen. 

Ya. Pada zaman seperti inilah yang kini manusia hadapi. Keadaan dimana semua orang bebas berekspresi, dan dalam rentang waktu yang sangat cepat, dapat menyebar ke seluruh dunia. Segala jenis aplikasi media sosial yang begitu canggih dapat menyulap segalanya terakses sangat cepat melebihi kecepatan cahaya. Di sana, semua orang bisa membaca dan memberi komentar. Mirisnya, kita tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Setiap lontaran logika orang-orang yang kritis yang ada dalam komentar bisa saja merubah opini awal kita, yang otomatis mengubah pola pikir. Sekejam itu. Bahkan, jika berkaitan yang hal sensitif terkait SARA misalnya. Runtuh sudah persatuan yang kita damba-dambakan selama ini. Inilah satu sisi dari kerasnya dunia.

Ada yang berkata,
"Dalam sebuah pergerakan, diam berarti berkhianat", atau
"Masih banyak orang baik, namun, mereka hanya berdiam diri saja".

Bergerak, artinya berusaha membawa perubahan. Baik di depan maupun di belakang layar. Sebenarnya, semua orang pun mampu melakukannya melalui pemikiran baik yang dia tuangkan melalui tulisan, lalu bagikan melalui media sosial secara umum. Hanya saja, kenapa banyak orang yang mungkin takut untuk ikut beraspirasi?

Kembali pada masalah di awal, "Di sana, semua orang bisa membaca dan memberi komentar"
Sampai detik ini, sangat jarang kutemui tulisan-tulisan yang didukung sepenuhnya, ataupun ditolak sepenuhnya. Baik yang mendukung dan menolak seperti memiliki kubu masing-masing. Bahkan, salah-salah menulis, bisa saja seseorang itu terseret dalam masalah besar ataupun memiliki banyak pembenci, padahal, bukan keinginannya. Terutama jika yang diperdebatkan adalah masalah SARA, sudah dapat dipastikan, perang pemikiran terjadi dan masing-masing merasa benar akan opini nya.

Terkadang aku bingung.
Ketika ingin menulis sesuatu, tapi takut dihujat.
Ketika ingin berpendapat akan suatu hal, tidak mungkin semua orang paham dan setuju.
Pada akhirnya, aku tidak jadi menulis.
Apakah aku berkhianat dalam sebuah pergerakan?

Namun di sisi lain, aku percaya. Lebih baik diam jika ilmuku belum banyak. Lebih baik belajar terlebih dahulu dibanding ikut-ikutan menanggapi. Pada dasarnya, setiap pernyataan aku rasa memiliki sisi positif maupun sisi negatif. Tiada satupun yang sempurna jika harus melihat pernyataan dari berbagai sisi. Pasti ada yang menyukai dan ada yang membenci. Namun aku sedih, tidak semua orang mau berusaha berpikir positif dalam menghadapi suatu masalah. Banyak yang terus berkoar-koar mempertahankan pendiriannya. Ya, teruskan saja sampai kau merasa menang.

Aku hanya ingin menyampaikan suatu hal.
Kebenaran hanya milik Allah. Allah yang esa, Allah yang maha mengetahui segalanya.
Mungkin banyak dari kita yang terkadang tahu akan kebenaran atau kebaikan, tapi takut untuk menyatakan. Sehingga, kita tidak bisa membawa perubahan bagi orang lain.
Entahlah, tapi menurutku, sikap itu tidak sepenuhnya salah. Hanya saja butuh waktu yang tepat.
Sejatinya, perubahan terbaik adalah perubahan dari diri sendiri.
Ya, diri sendiri yang berusaha mencari kebenaran, berusaha berpikir positif, berusaha terbuka akan setiap pendapat orang lain.
Sebenarnya, sepele.
Mungkin kita hanya perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, di dalam hati sendiri.
1. Mengapa dan untuk apa saya dilahirkan di dunia ini?
2. Mengapa saya meyakini Islam / Kristen / Katolik / Hindu / Buddha / dll sebagai kepercayaan saya? Apa yang menjadi keistimewaannya dibanding kepercayaan lain?
3. Jika takdir itu memang ada, untuk apa kehidupan itu? Jika saya ditakdirkan untuk menjadi orang jahat, lalu apa gunanya hidup toh masuk neraka, dan sebaliknya jika saya ditakdirkan jadi orang baik, lalu apa gunanya saya sulit berupaya toh tetap akan masuk surga?

Jika kamu puas akan jawaban yang kamu berikan terhadap dirimu sendiri, di sinilah dunia begitu indah.
Aku memang belum cukup ilmu, untuk menjawab pertanyaan yang kulontarkan sendiri saja mungkin tidak sekuat argumen-argumen yang kalian jawab seandainya dibandingkan. Tapi aku puas. Puas, setidaknya aku memahami, dan menikmati kehidupan ini.

Lalu mengapa begitu indah jika sudah puas?
Harta. Tahta. Cinta.
Semua orang pasti pernah di-jatuh-bangun-kan oleh ketiganya. Begitupun aku.
Baik saat-saat sulit maupun saat-saat mudah, keduanya adalah ujian dari Allah.
Ujian untuk menguji kesabaran ataupun ujian untuk menguji kesetiaanku pada-Nya.
Jika aku menikmati jatuh-bangun itu, dunia pasti akan terasa indah.
Karena pada saat itulah aku merasakan Allah selalu ada memperhatikan hamba-Nya, termasuk aku.
Allah tidak ingin harta-tahta-dan cinta- mengalahkan perhatianku pada-Nya.
Maka tentu aku kapok berharap pada ketiganya, karena berharaplah hanya kepada Allah yang maha kaya, yang tentu mengatur ketiganya.

Tidak ada satupun hal yang pasti kecuali Janji Allah.
Satu kalimat ini seharusnya menusuk pada siapapun, sekalipun yang merasa telah memiliki ketiganya. Ya, semuanya bisa hilang. Aku pun demikian, pernah merasakan. Bohong jika aku mengatakan, aku tidak mau memikirkan ketiganya lagi. Aku tetap, dan akan selalu memikirkan, karena kodrat manusia adalah memiliki sifat tidak pernah puas dan kian dikendalikan oleh hawa nafsu. Tetapi jika kita menyertai Allah dalam pemikiran itu, kita pasti tenang.

Indah, bukan?
Perjuangan untuk Allah. Dan kehidupan di sekeliling kita.
Semoga kawan-kawan pun memiliki inti jawaban yang jauh lebih hebat.
Keras dan indah, nikmatilah, dan mari sama-sama belajar tentang arti kehidupan ini.

.
.
.
.
.
.
.
.

Diliat-liat random banget tulisan gue barusan. Mungkin dimengerti pun sulit -__-
Entah, lagi kangen sama sensasi nulis di blog. Kalo rada alay, maafkan lah, balik lagi setiap orang punya opini masing-masing :)

Penutupnya, mau kembali posting gambar yang kemaren gue hapus. Apa alasannya dihapus dan sekarang mau diposting lagi, gue juga ngga tau. Itulah diri gue. Yang sering banget bersikap random.


Oh iya. Jadi sekarang baru inget kenapa gue hapus gambar ini. Saat itu, gue takut sama opini orang-orang yang baca lalu narik kesimpulan sepihak aja (mending ada yang baca -_-). Ya terserah sih, ini untuk ketiga kalinya gue ngomong kalo tiap orang punya opini masing-masing. Lo mau berpikiran kaya apa gue juga ngga peduli. Yang penting gue seneng nulis gituan biar gue termotivasi. Mungkin yang lain juga coba buat aja notes di hp nya kaya gitu biar semangat. Wkwk.
Ketika aku berharap "kamu" nya adalah kamu, bisa jadi "kamu" yang datang adalah dia.
Maksudnya apaaa wkwk -_-
Maksudnya, "kamu" nya masih disimpan sama Allah. Gue ngga tau. Tapi gue yakin Allah bakal kasih yang terbaik, selama gue ngusahain yang terbaik. Saat itulah, keindahan dunia seutuhnya dari Allah bakal gue rasakan, memiliki keluarga sakinah mawaddah dan warrahmah dengan restu orangtua yang penuh kasih sayang. InsyaAllah, kebahagiaan itu berlanjut hingga di akhirat kelak.
Aamiin yaa Rabb...

Parah dah kehidupan kampus bikin gue berubah total. Masa depan yang masih jauh aje kepikiran. Lelah belajar mungkin. Belajar memahami. Wkwkwk pffftt ketauan banget hari pertama puasa gue ngga ada kegiatan sampe-sampe nulis beginian...
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan! Semoga membawa perbaikan dan berkah untuk diri kita! :D

Komentar

  1. Tadinya serius banget bacanya, nyampe bawah jadi ikutan random :))
    Happy banget dek balik lagi nulis, sama sih aku juga tadinya takut (iya benar, kali aja ada yang baca haha) sampai hapus2in postingan tapi keep writing ajalah, kan mau belajar jadi yang lebih baik, salah itu wajar kok, nggak suka, dikomentari negatif juga sangat wajar :))
    Semangaaat dek :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampe bawah malah ikutan galau... wkwkwk ga deng, itu bikin semangat :p
      Gimana kak, udah ada calon beloom, hahaha :3

      Iya makasih kaak, setidaknya puas ungkapin pendapat walaupun disini gaada yang baca, wkwk mungkin kelak bakal berani di media yang lebih terbuka. Abis kadang gemes liat komentar orang yang suka micu keributan -_-
      Hehe semangat juga kakaak :*

      Hapus
  2. Atuhlah calonnya masih nyasar :')
    Kalau pendapat aku sama orang yang suka mancing keributan itu mungkin dia kurang perhatian dan butuh tatih tayang dek :)))
    Iya de makasih semangatku :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga cepet bertemu kak :')
      Wahaha, nah bener juga, yasudah biarkan saja mereka berekspresi, semoga dapet hidayah :")

      Hapus

Posting Komentar