Langsung ke konten utama

Hai (Maha)siswa! Perbaiki Moral Dahulu :)

Agustus! Langkah awal memulai kegiatan sebagai mahasiswa :)
Ini ngga kerasa banget ya...

Sepertinya dulu baru aja masuk TK yang mana gue sempet nangis-nangis ngga mau sekolah, udah gitu nangisnya juga di sekolahan sampai-sampai diliatin banyak orang. How embarassing I am -_- guru pun turun tangan buat menghibur gue. Aduh Ma, maaf ya anakmu ini memalukan sekali...
6 tahun di SD, dan 3 tahun di SMP banyak banget pengalaman yang diperoleh, berada di lingkungan minoritas bukan halangan bagi gue untuk tetap mengenyam pendidikan dan alhamdulillah teman-teman dapat menerima gue dengan baik.
10 tahun gue habiskan di Mardi Yuana Depok. Kalau nambah 3 tahun lagi mungkin dapet piring cantik :')

Setelah memikirkan berbagai pertimbangan akhirnya gue memilih SMAN 3 Depok sebagai tujuan selanjutnya. Alhamdulillah, pilihan tepat, segalanya berubah setelah gue masuk ke sini. Tobat. Gue sadar hubungan seseorang dengan sang Maha Pencipta adalah yang terpenting di atas kepentingan apapun. Ketika lo berhasil patuhin perintah-Nya dan berani melawan orang-orang sekitar untuk kebenaran rasanya kemenangan bener-bener ada di tangan lo. Kebahagiaan itu jauh terpancar di atas prestasi terbaik di dunia manapun yang pernah lo dapetin. At that time when I was twelfth grade, I decided to cover my hair and also my body because I love Allah, no matter how hard the challenge was. And, I feel so many advantages everyday and Allah keeps His blessing for me. Yap, sempat merasa menyesal kenapa tidak tahu dari dulu :')

Jujur aja dulu gue ngga tau kalo berhijab itu wajib, gue kira itu pilihan hidup aja. Parahnya lagi, gue pernah berpikir, "ngapain berhijab tapi kelakuannya minus?" tapi faktanya, setelah gue belajar untuk bisa menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang, gue langsung mengubah mind-set itu dan sebaliknya, gue paling ngga suka kalau zaman sekarang masih ada yang berpikiran seperti itu. Dasar kuno. Yeuu ngatain diri sendiri dong dulu wkwk.

Guys, baik yang muslim maupun yang tidak, ketahuilah bahwa berhijab adalah kewajiban untuk semua wanita muslim seperti yang tertulis di Al-Qur'an salah satunya adalah ayat berikut :
"Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (QS. An-Nur : 31)
Satu hal paling menakutkan yang sempet gue pikirin sebelum berhijab...
"Seandainya gue mati besok, entah gue bakal kaya gimana di antara api-api yang menari itu."

Gue sering melihat tulisan yang berkata, bahwa antara hijab dan akhlaq adalah kedua hal yang berbeda. Hijab adalah murni perintah dari Allah, sedangkan akhlaq terbentuk dalam pribadi masing-masing yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, jika masih saja ada kawan kita yang berhijab namun kelakuannya buruk, salahkan pada orangnya, bukan hijabnya, apalagi agamanya.
Sudah pernah gue tulis juga kan, "Islam adalah agama yang sempurna, tapi aku tidak. Karena itu jika aku berbuat kesalahan maka salahkan padaku bukanlah agamaku."

Nah, setelah tahu ceritanya seperti ini, lantas kalian berpendapat, "kalo gitu jelas bersalah dong yang ngga berhijab? KTP doang tulisannya Islam!". Ssst, cobalah untuk berhenti menilai orang lain. Terlepas dari hal itu yang merupakan dosa atau tidak, hati kalian yang sudah bisa menjawab dan itu adalah hubungan kalian pada yang di atas, bukan hubungan kepada manusia. Oleh karena itu kita tidak berhak menghakimi seseorang yang tidak tahu apa-apa tentangnya. Masih banyak orang-orang di luar sana yang sangat sulit berhijab, tidak, tidak hanya di sana, orang-orang di sekitar pun demikian. Mengapa? Sudah berusaha namun sulit mendapat izin, lingkungan tidak mendukung, keterbatasan ekonomi dan sebagainya.


Nin? Judul posting ini mahasiswa, kenapa bahas hijab?
Engga kok, udah selesai nulis hijabnya wkwk sekarang baru masuk ke pokok bahasan *ceilah*
Buat apa dong yang tadi?
Untuk memberi contoh cara membuka pikiran kita agar tidak menilai sesuatu dari satu sisi saja, apalagi masalah sara :')

Tumben ya gue nulis suatu hal yang sensitif gini. Pasti kalian bertanya-tanya ada apa sebenarnya. Ya, kita semua sama-sama sudah merasakan perang saat pilpres kemarin bukan? Setelah itu, dilanjut dengan masalah penyerangan Israel terhadap Palestina. Untuk gue yang "hidup" di 2 dunia, jelas merasakan 2 sisi yang sangat sarat akan perbedaan pendapat terutama sangat berhubungan dengan S-A-R-A. Lebih pintarnya lagi, banyak yang ikut berperang lewat media sosial yang notabene tidak ada gunanya. Baik dari golonganku maupun golonganmu, ada yang benar dan ada yang salah. Lalu bagaimana cara meredam semuanya? Yuk, untuk semua kawan-kawan yang sangat kucintai, SADARKAN diri kalian bahwa kita akan berperan sebagai MAHA-siswa.

Apa hubungannya Nin sama mahasiswa?
Perjelas lagi deh.

MAHA-siswa.
Udah cukup gede belom tulisannya? Label sebesar itu menjadi kebanggaan atau apa untuk kalian?
Ya, beberapa hari lalu ada sharing dari teman yang menceritakan tentang apa yang sebenarnya harus kita perjuangkan sebagai mahasiswa, lalu, ada tulisan ini :
"Hanya di Indonesia yang menggunakan pola kata Mahasiswa seperti ini. Kenapa? Karena ada sebuah harapan khusus bagi mahasiswa Indonesia untuk bisa memiliki karakter seorang MahaSiswa, seorang yang tidak pernah terbatas hasratnya untuk bisa menuntut ilmu"

Yep. Mahasiswa, yang diutamakan adalah "karakter"nya bukan "label"nya sebagai mahasiswa.
Bahkan, kalau kita tidak sesukses mereka yang tidak kuliah, MALU. Untuk apa kuliah terutama di PTN yang notabene dibiayai oleh rakyat namun pada akhirnya menjadi pengangguran? Sama saja menyia-nyiakan uang rakyat. Ini kesimpulan yang gue ambil di tulisan yang dibagikan itu, dan gue merasa ditampar bolak-balik olehnya.

Nah. Sebagai mahasiswa baru, ngga perlu muluk-muluk langsung belajar curi start dari temen-temen lain dengan belajar Fisdas, Matdas, Alin, dan sebagainya. Tapi setidaknya, PERBAIKI MORAL dan KARAKTERMU terlebih dahulu.
Eh, gapapa juga kalo belajar duluan wkwkwk nanti ajarin gue :p

Kenapa gue sangat ingin membahas ini? Di sini, gue bahas secara menyeluruh dan netral ya. Kalo masih salah paham lagi sama gue tolong jangan baca blog gue lagi selamanya.
Yup, setelah pilpres dan kasus Israel vs Palestina yang masih hangat ini, gue belajar banyak dari karakter orang-orang yang dengan mudahnya tergambar lewat tweet mereka. Hebat lho, tiba-tiba semuanya pintar berpolitik dan pintar berargumentasi. Sampai TL penuuuuh huah gumoh bacanya.
Bahkan, ngga sedikit yang mulai menyinggung sara tanpa tahu kebenarannya. Teman, terlepas dari agama apapun kalian, cobalah untuk dewasa untuk bisa menyaring informasi pada media sosial yang di dalamnya astaghfirullah terdapat banyak fitnah yang keji. Jangan asal sharing/retweet berita-berita yang tidak jelas kebenarannya apalagi dari seorang provokator yang membawa nilai sara.

Bukan cuma masalah pilpres dan perang saja. Bahkan masalah sepele seperti di lingkungan baru, keputusan hasil SBMPTN dan ujian mandiri PTN (yang menurut sebagian orang) membawa-bawa label asal sekolah negeri atau swasta, dan berada di tempat-tempat umum yang penuh akan penduduk tidak segolongan saja dibawa-bawa ke tweet. 

Gue aja sedih jika mereka yang segolongan sama gue masih juga membeda-bedakan sara, apalagi jika kepercayaan gue yang ditanggapi dengan negatif? 

COBA PIKIR! Layakkan hal seperti itu dibawa ke masalah sara?

KALIAN MAHASISWA BUKAN?
BISA BERPIKIR DAN BERTINDAK LAYAKNYA "MAHASISWA"?



Kalau kalian menuntut perubahan di bumi ini, pimpinlah diri sendiri sebelum memimpin orang lain.
Jaga sikap di media sosial aja susah? Gimana mau bergaul di lingkungan baru?
Jika kita ingin mengenal orang yang baik, jangan lihat dari sara. Sebaliknya jangan semudah itu menilai orang yang berbeda sara lantas kita jauhi.
Jangan pernah bawa-bawa kata minoritas dan mayoritas jika kita mau sukses.


Gue sedih banget ada di dalam keadaan kaya gini.
Di saat semakin banyak masalah sara yang menyinggung...
Di saat sahabat-sahabat gue di sekolah yang lama pun curhat,

"Nin, kenapa mereka begitu kalo ngeliat aku.... bla bla bla"
"Nin, kenapa sih pilpres kemarin banyak yang bilang... bla bla bla"
"Nin, kenapa keturunan kaya aku dihakimin... bla bla bla"


Teman. Sulit adalah menjelaskan kepada kalian yang berbeda kepercayaan denganku.
Di satu sisi, berita yang ada di sisi kalian adalah seperti itu, namun di sisiku, berita yang tersebar lain lagi.
Sama seperti kalian, justru aku yang merasa terhakimi. Justru aku juga sakit hati. 
Tidak mau munafik, aku pun sempat berpikiran "Kenapa kalian semua sekarang seperti itu? Kalian jahat."
Tapi. Berusaha tenang.
Kenapa bisa berbeda?

Banyak faktornya.
PROVOKATOR. PIKIRAN SEMPIT. HATI TERTUTUP.

Nih, ngga pernah mau berusaha mengetahui sesuatu dengan pikiran yang dingin, logika juga udah ketutup sama gosip-gosip yang udah tersebar. Alhasil, sudut pandangnya ya cuma satu aja. Udah gitu negative thinking pula.

Kawan-kawan di manapun kita berada, yuk bersatu.
Nindy sayang kalian semua, Nindy pengen berusaha netral walaupun sulit, tapi buktinya Nindy bisa kok jalin persahabatan dengan mereka yang non muslim, jadi, yang pasti, tolong ya kita berusaha timbal balik.
Kami menghormati kalian, dan tolong juga menghormati kami.
Coba yuk! Berkicau hal-hal ngga pentingnya diberhentikan, apalagi kalau udah bawa emosi, malu lah ya, kita udah umur berapa ini? Masa kalah sama anak-anak? Kalau punya masalah, sebaiknya pikirin sendiri dulu, kalo ngga bisa baru cerita ke orang terdekat, tapi dimohon tidak berkicau sembarangan di media sosial karena itu bahaya. Ini juga bukan masalah sara aja ya, pokoknya semua masalah pribadi lebih baik jangan diumbar. Apalagi masalah pacar atau gebetan. Masih kecil aja udah keluar sumpah serapah kalo lagi kesel sama pasangannya, dan lebih malu kalo pacarannya lebay di Twitter akhir-akhirnya putus juga dan curhat saling menyindir. Yuk, mau dapet pasangan hidup yang baik kan? Perbaiki diri sendiri dan yakin Allah akan mendekatkanmu pada jodoh yang baik juga. Walaupun jodoh sudah tertulis, tapi bila kita merubah diri, maka kelak pasangan kitapun seperti itu agar pantas bersanding bersama di pelaminan~ *saiiiiik*
Efek anak UI. Maksudnya? "Jangankan jaket kuning, janur kuningpun kita siap" *eaaaa* wkwkwk abaikan tapi camkan pesannya :)
Satu lagi, siapapun pemimpin negeri kita, yuk didukung. Kalau sampai sekarang masih ada masalah dengan pasangan satunya yang tidak terima, tolong jangan dihakimi juga. Calon pemimpin bangsa, tidak mungkin bertindak jika dia tidak berpikir dan tidak punya alasan yang kuat. Sebaliknya, yang terpilih tolong realisasikan janji-janji Anda dan jalankan pemerintahan dengan selalu berdasar Allah SWT.

Nindy ngaku pernah alay kok, pernah ngomel-ngomel di Twitter juga, sampai sekarang pun suka retweet hal ga penting contohnya menuhin TL dengan berita bola yang ngga semua orang suka wkwkwk tapi seengganya sudah mencoba untuk mengurangi tweet yang kurang baik. Btw congrats Manchester United as a winner of ICC 2014! :p *masihaje*

Bayangkan kalau 50 aja orang yang mau mulai berubah demi kebaikan bersama, pasti merambat juga ke yang lainnya bukan? Ini baru PERUBAHAN! Sederhana bukan? Hanya dari segi perilaku saja bisa berpengaruh luas. Karena percuma kita pintar dalam segi akademik tapi nol dalam bersikap. Semua orang bisa belajar tapi tidak semua orang bisa mengendalikan dirinya. Semoga Nindy belajar dari tulisanmu sendiri :)

Sekalian deh, pasang motto hidupku disini.
"BEAT YOUR BEST RIVAL IN THIS WORLD, IT'S NOBODY BUT YOURSELF"
"Kalahkan pesaing terbaikmu di dunia ini, bukan siapapun namun dirimu sendiri"

Jadi, coba kalahkan rasa egois untuk kesenangan dirimu sendiri, belajar untuk peka akan kehadiran orang lain. tentunya sadar Allah melihat segala yang kita lakukan :)
MAHASISWAAAA! BUKA MATA! BUKA HATI! BUKA PIKIRAN!





3 almamater ini...

Terimakasih sudah membuatku dewasa :')
Semoga perjalanan di almamater terakhir dapat lebih baik dari sebelumnya dan bisa menjadi mahasiswi yang bermanfaat kelak!
Sukses bersama, di manapun kalian berada!
Aamiin :)

I LOVE YOU READERS 





Komentar