Langsung ke konten utama

School, is a Masterpiece!

Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Untuk para pembaca yang masih menikmati liburan, selamat bersantai sebelum menjalani aktivitas rutin setelah berlibur! 

Bingung mau isi waktu liburan dengan apa? Tulis di blog aja! Menulis itu punya banyak manfaat dan keasikan tersendiri lho kawan. Kali ini Nindy menulis sesuatu dengan tema "Sekolah Dambaan". Selain untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh Youth ESN, tulisan ini juga didekasikan untuk semua anak-anak di Indonesia beserta semua komponen yang berpengaruh dalam dunia pendidikan baik orangtua, guru, dan lainnya dalam rangka memberikan pandanganku mengenai sekolah yang dapat menarik minat banyak orang *:) happy



Mungkin, dalam khayalan banyak orang terutama para remaja SMP dan SMA, sekolah dambaan mereka tergambar dalam kebanyakan sinetron/FTV sekarang yang menonjolkan gedung yang besar dan mewah, fasilitas lengkap dan setiap kelas memiliki AC, seragam yang unik dan cara berpenampilan yang bebas, kemudian diajar oleh guru-guru yang cantik / tampan untuk menarik minat belajar dan kita perlakukan selayaknya teman sepantar, ditambah dengan teman seangkatan, adik kelas maupun kakak kelas yang tidak kalah kecenya dengan guru-guru. Kemudian semuanya dilengkapi dengan berbagai kisah cinta yang menyemangati kita dan membuat masa-masa sekolah menjadi sangat indah. Waaah bukan main senangnya ya?

Katanya sih, kalau kita sudah senang dan nyaman berada dalam lingkungan itu, kita pasti maksimal mengusahakan yang terbaik, apa iya?

Lalu, pada kenyataannya, apakah ada sekolah yang seperti itu? Kawan, sayangnya khayalan itu hanya menghancurkan pemikiran kita ya. Sekolah yang baik itu, adalah sekolah yang menjadi jembatan bagi para muridnya untuk menggapai kesuksesan. Apa yang kita dapat jika benar-benar ada sekolah seperti di atas? Aku rasa, justru murid-murid terlalu dimanjakan dan bukan fokus terhadap mimpinya, tapi kelak hanya mementingkan kesenangan pribadi. Ingat, orangtua sudah bersusah payah membiayai pendidikan kita, bukankah seharusnya kita juga membalas dengan jerih payah yang tinggi? Untuk mengusahakan yang terbaik, aku rasa tidak 100% kondisi lingkungan mempengaruhinya. Tapi bagaimana cara kita beradaptasi dalam lingkungan dan keseriusan kita dalam belajar.


NAH! Untuk bisa beradaptasi dengan baik, tentunya ada banyak faktor pendukung yang akan aku share dalam pendapatku di bawah nanti.

*:-? thinking   Secara umum, sebenarnya sudah lama aku menginginkan sistem pendidikan di Indonesia mencontoh berbagai negara-negara maju yang tidak membebankan murid-muridnya dengan banyaknya jumlah mata pelajaran yang harus dikuasai. Di lain kata, hanya disesuaikan dengan minat saja. Menurutku, alangkah lebih tertata bila sejak kelas 2 SMP para murid sudah dijuruskan seperti halnya di kelas 2 SMA sekarang. Lalu ketika di SMA, mereka benar-benar difokuskan kembali selama 3 tahun tersebut dalam persiapan dunia kerja. Waktu yang cukup panjang ini, perlu dipenuhi dengan praktek, bukan hanya teori, sehingga ketika mereka lulus, mereka sudah benar-benar matang.

*:-? thinking   Aku juga memimpikan selain adanya SMA/SMK, Indonesia juga bisa memperbanyak sekolah-sekolah yang menonjolkan seni, sastra, dan olahraga, sehingga bagi mereka yang kurang dalam memaksimalkan dirinya dalam pelajaran namun memiliki bakat yang luar biasa dalam dunia seni / olahraga. Bukankah membanggakan jika anak-anak Indonesia bisa membawa nama negara ke ajang internasional yang seimbang baik dalam ilmu pengetahuan, kesenian, dan juga olahraga. Karena bila kita tengok kejadian yang menimpa Indonesia, kita bisa tahu bahwa sudah berapa banyak kesenian seperti halnya tarian asli Indonesia yang diakui oleh negara lain? Dalam dunia sastra, sudah banyakkah penulis-penulis yang mendunia layaknya J.K Rowling hingga karyanya difilmkan dan akan selalu dikenang bagi semua penontonnya? Mungkin, hanya segelintir orang.  Begitu juga dengan dunia olahraga. Contohnya, pernahkah tim senior sepakbola Indonesia menjuarai piala dunia? Tidak? Sayang sekali. Prestasi anak bangsa dalam persepakbolaan junior seperti menjuarai Milan Junior Camp 2012, Juara Festival U-14 AFC, dan lainnya sungguh menunjukkan banyaknya bibit unggul yang dimiliki negeri ini, namun apakah akibatnya jika talenta mereka tidak dibina dengan semestinya di kemudian hari? Hal ini disebabkan kurangnya perhatian negara terhadap mereka yang berprestasi di bidang non-akademik.

Mengapa aku bisa berkata seperti itu? Jika menengok sistem pendidikan Finlandia, yang mana merupakan negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, setelah lulus SMP mereka sudah diperbolehkan masuk ke dunia kerja atau masuk sekolah profesi (setara dengan SMA/SMK di Indonesia). Bayangkan jika generasi penerus di Indonesia benar-benar bekerja dan memaksimalkan dirinya dalam bidang masing-masing, maka Indonesia akan segera melepas gelarnya sebagai negara berkembang dan menjadi negara maju! *;) winking

Yuk, sekarang kita beralih ke faktor-faktor yang mendukung sekolah dambaan setiap orang! 8 faktor itu adalaaaaah :

1. Guru
Yang pertama jelas, guru! Guru adalah senjata utama dalam setiap sekolah untuk menunjang pendidikan. Ya, karena guru yang terjun langsung untuk membina dan mendidik setiap muridnya. Guru yang bagaimana yang aku inginkan sepenuhnya? Menurutku, guru tidak sepenuhnya hanya bekerja sebagai tenaga pendidik, namun juga menjadi "orangtua dan sahabat" bagi semua anak didiknya. Dalam arti kata, selain memfasilitasi siswa untuk belajar, guru juga harus bisa mengerti bagaimana keadaan anak didiknya. Di kelas, aku cenderung lebih menyukai guru yang tegas namun tidak monoton dalam mengajar, memiliki rasa humoris, dan tidak membebani muridnya untuk benar-benar menguasai mata pelajaran yang diajarkan, tapi mengajak muridnya untuk berusaha semaksimal mungkin untuk meraih yang terbaik.

Dalam mengajar, guru harus bertanggung jawab penuh terhadap profesinya. Bukan semata-mata bekerja mencari uang, tetapi juga mengabdikan dirinya kepada negeri untuk menghasilkan didikan yang unggul dan berprestasi. Dengan niat pengabdian yang penuh, tentu guru akan memiliki martabat yang tinggi sehingga akan disegani oleh banyak murid. Di sinilah guru dapat memanfaatkan kesempatan, karena pada saat guru dihormati, tentu murid-murid akan senang diajar olehnya. Kesempatan tersebut perlu diambil guru untuk pendidikan karakter. Akan lebih menyenangkan jika pelajaran di dalam kelas disertai dengan cerita dan pengalaman yang memotivasi murid sehingga mereka terpacu untuk belajar lebih giat. 

Guru yang baik, adalah guru yang tidak membeda-bedakan muridnya pula. Tidak membanggakan yang lebih, juga tidak merendahkan yang kurang. Kebanyakan guru mungkin memang lebih senang terhadap anak yang lebih memerhatikan dan memahami pelajarannya, namun alangkah lebih baik jika guru mengajak semua murid untuk belajar bersama-sama dan tidak menunjukkan sikap yang berbeda. Guru yang adil akan lebih disenangi sehingga pelajarannya pun diperhatikan, sekalipun jika awalnya murid tidak menyukainya. Sebab keadilan tersebut akan membawa kharisma yang tinggi sehingga murid merasa sama-sama dihargai dan sangat dibantu walaupun kemampuannya kurang di bidang tersebut.




2. Fasilitas dan Lingkungan Sekolah
Nah, yang satu ini pasti juga mendukung kenyamanan kita dalam belajar. Fasilitas yang memadai tentunya menunjang pembelajaran siswa menjadi lebih baik, terutama dalam praktek. Aku menginginkan jika fasilitas di setiap sekolah di Indonesia perlu ditingkatkan lagi. Seperti pengadaan fasilitas Wi-Fi untuk mengakses internet karena di zaman sekarang ini internet sangat membantu para murid, bahkan sebagian besar dari mereka lebih senang belajar dari internet ketimbang belajar dari buku. Namun semua warga sekolah baik guru, karyawan, dan murid itu sendiri harus sama-sama saling menggunakan tersebut untuk belajar, perlu dibatasi dan diarahkan penggunaannya. 

Selain itu, pengadaan laboratorium komputer, bahasa, IPA, maupun IPS harus terdapat di semua sekolah. Mengapa? Karena tingkat SMP dan SMA memerlukan banyak praktek sebelum terjun ke dunia kerja, di samping teori. Dengan belajar secara praktek, murid-murid akan merasakan bagaimana sesungguhnya materi tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi anak bahasa, misalnya, kemampuan berbahasa mereka akan lebih terlatih dengan adanya laboratorium bahasa karena kemampuan berkomunikasi langsung lebih diutamakan. Coba dengan belajar secara teori saja. Kita bisa melihat anak yang hanya pintar secara teoritis namun sulit ketika berbicara langsung, hal ini sangat disayangkan karena mereka yang sudah menguasai secara teori, seharusnya pun juga mudah menangkap ketika praktek jika mereka diberi kesempatan berlatih yang sama.
Lalu bagi anak IPA dan IPS. Sama halnya dengan bahasa, mungkin banyak yang dapat menghitung dengan cepat, memahami dengan mudah, dan menghafal secara lengkap. Namun, sekolah tersebut tidak menekankan pada praktek, maka apa yang terjadi? Semua teori itu bisa saja hanya tinggal sementara dalam otak mereka, kemudian hilang begitu saja. Beda ketika belajar secara praktek. Mereka akan lebih mengingat karena mereka benar-benar MELAKUKAN. Di sinilah poin terpenting dalam fasilitas sekolah, semua fasilitas yang berkaitan dengan praktek dalam pelajaran apapun harus memadai dan tersedia untuk membantu para muridnya.

Sedangkan untuk lingkungan, aku lebih menyukai lingkungan sekolah yang asri, sejuk, dan nyaman karena ditanami oleh banyak pepohonan beserta sistem ventilasi yang baik. Suasana seperti itu lebih mendukung ketimbang memasang AC di setiap kelas, dan seperti yang kita tahu bahwa penggunaan AC juga menjadi faktor terjadinya pemanasan global. Lebih baik kita menggunakan sesuatu yang alami untuk meminimalisir dan mendukung penghijauan di sekitar lingkungan sekolah kita. Kemudian tempat beribadah, kelas, toilet, lapangan, juga kantin yang bersih akan lebih meningkatkan kenyamanan semua penghuni sekolah, di sini seharusnya diberlakukan aturan yang tegas bagi siapapun yang mengotori lingkungan sekolah diberi hukuman yang sesuai. Karena tanpa ketegasan dan hukuman, biasanya murid-murid sulit menaati dan bertindak semau mereka saja.










3. Hubungan Guru dengan Orangtua

Selanjutnya adalah hubungan guru terhadap orangtua siswa. Orangtua tentu lebih senang jika para guru benar-benar memerhatikan anaknya di sekolah. Nah, dalam rangka mempererat hubungan mereka untuk lebih kuat, ada baiknya jika sesekali diadakan pertemuan guru dengan orangtua siswa, atau cukup jika dibarengi dengan pengambilan rapor mid-semester maupun akhir semester. Disini wali kelas memegang peranan penting, jangan jadikan kesempatan tersebut hanya dengan penyerahan rapor saja, namun juga melaporkan bagaimana tingkah laku dan kemajuan anaknya. Orangtua dan guru harus sama-sama mendukung perbaikan moral karakter setiap anak dan juga membantu proses pembelajaran mereka. Masa SMP dan SMA adalah masa kritis karena merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, dan pikiran mereka masih mudah sekali terdoktrin dengan berbagai hal-hal baru. Maka dari itu, perlu penjagaan dan perhatian lebih bagi mereka. Dan menurutku, setiap sekolah juga memerlukan setidaknya 2 atau 3 guru Bimbingan Konseling. Sebaiknya, sekolah juga menyediakan fasilitas bagi semua orang tua secara bergantian untuk bisa datang ke sekolah dan membicarakan dengan guru BK apabila ada masalah yang terkait dengan anaknya jika ada kesulitan. Jika kedua pihak ini sama-sama mengontrol, niscaya anak-anak akan terjaga dengan baik dan belajar sesuai dengan keinginannya.



4. Mata Pelajaran

Seperti yang sudah kutuliskan sebelumnya, aku lebih menginginkan jika semua siswa diperbolehkan belajar menurut minatnya saja baik IPA atau IPS, dalam artian bisa memilih mata pelajaran yang benar-benar ingin diperdalam. Namun, IPA dan IPS yang sudah dipilih tersebut tetap ditambah oleh pelajaran wajib seperti Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Kwn, Penjasorkes, TIK, dan Seni. 

-Pendidikan Agama adalah pondasi pertama untuk semua murid membentuk karakter yang baik, begitu juga dengan Kwn.
-Bahasa adalah modal utama untuk kita berkomunikasi baik dalam level nasional maupun internasional.
-Penjasorkes dapat melatih kebugaran jasmani kita dan juga dapat dibarengi dengan pelajaran PLH yang mengajari tentang lingkungan dan kesehatan, sehingga keduanya dapat berintegrasi. 
-TIK dapat melatih kita untuk terus mengikuti perkembangan zaman yang sudah kaya akan teknologi canggih ini.
-Sedangkan khusus seni, lebih baik jika mereka ditempatkan di kelas yang dekat dengan minatnya masing-masing, bisa dibedakan menjadi seni musik, seni lukis/arsitektur, seni teater, seni tari, dan sebagainya. Dengan begitu mata pelajaran ini dapat dijangkau oleh semua murid dengan bebas karena setiap murid pasti memiliki kelebihan yang berbeda-beda dan tidak perlu menguasai semuanya yang bisa memberatkan.

Dengan pengerucutan jumlah pelajaran, aku rasa dapat mengurangi beban siswa karena selama ini di Indonesia terlalu banyak mata pelajaran yang harus dikuasai, padahal untuk kehidupan selanjutnya di dunia kerja, tidak semuanya kita gunakan. Teman-teman para pengguna jejaring sosial mungkin sudah akrab dengan lelucon yang satu ini :


"Guru saja hanya menguasai satu pelajaran, lalu mengapa kita para siswa harus belajar sekian belas pelajaran dalam satu minggu dan akhirnya tidak ada satu pun yang maksimal?"

Nah, mind-set inilah yang sangat mengkhawatirkan. Pada akhirnya murid-murid menjadi tidak semangat dan menyalahkan guru yang terkadang memberi tugas terlalu berat. Padahal, sistem pendidikan kita yang mengharuskan seperti itu, dan benar-benar tidak cocok untuk kebanyakan siswa. Pikiran yang terbagi-bagi dalam banyak pelajaran justru dapat menimbulkan stres dan otak cepat lelah.


5. Tugas dan Pekerjaan Rumah

PR PR dan PR!! Mendengar kata ini, mungkin sebagian dari kita sangat malas mengerjakannya, hahaha. PR itu perlu untuk mendorong semangat siswa untuk belajar di rumah, namun, sebagian guru terkadang memberikan beban berlebih kepada murid, bahkan belum diajarkan pun, kita sudah ditugaskan untuk mengerjakannya. Padahal, yang terpenting dalam PR adalah kita berlatih, dan untuk berlatih itu, kita perlu mengetahui dasar-dasar materi yang seharusnya sudah dijelaskan guru di sekolah. Pada kenyataannya, banyak guru yang memberikan tugas pada materi selanjutnya yang belum diajarkan sama sekali, bahkan dijadikan bahan presentasi yang sangat memusingkan siswa. 

Wah! Seperti curhat rasanya hahaha. Well, sebenarnya hal itu benar-benar kurasakan di masa SMA ini. Materi presentasi yang belum dijelaskan dan harus dipelajari sendiri, pembuatan Powerpoint dan alat peraga, benar-benar menyita waktu untuk memahami dan menyelesaikannya, bahkan bisa pula menabrak jadwal pelajaran lain yang ada tugas juga, atau akan ada ujian. Ketika itu, aku sempat merasakan lelah untuk belajar dan beranggapan jika belajar seakan "paksaan". Namun, ketika meyakini bahwa sekolah adalah batu loncatan yang harus kita lewati, maka hal itu sirna lagi. Nah, untuk mencegah banyak murid-murid yang sepertiku yang hampir putus asa, ada baiknya jika guru-guru mengukur kuantitas tugas, yakni sedikit namun berguna.
Presentasi diperlukan untuk melatih siswa berbicara dan mengajar temannya di depan kelas, namun sebaiknya dasar materi perlu dijelaskan terlebih dahulu baru kemudian dikembangkan dalam penerapan teori dan praktik yang dijelaskan oleh murid, tapi tentu saja, dengan bimbingan setiap guru masing-masing. Bukan nilai yang dicari dalam presentasi, tetapi interaksi yang melibatkan guru dan semua murid dalam kelas.

Sebab di Finlandia, diketahui bahwa di sana sangat jarang ada pekerjaan rumah dan sekalipun ada tugas, tugas tersebut dapat dikerjakan dengan waktu yang singkat karena mereka sudah memahaminya dengan benar. Di sana pula tidak ada sistem ranking, karena perbedaan hasil belajar mereka sangat sedikit dan bisa dikatakan semua siswa disana memiliki kualitas yang hampir merata, inilah yang perlu dicontoh karena berarti guru-guru di sana berhasil menjadi panutan bagi semua kalangan dan berhasil menyetarakan pendidikan untuk semua muridnya.


6. Hubungan Antar-Siswa
Hubungan ini perlu selalu dieratkan melalu berbagai kegiatan baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru-guru dan semua komponen di dalam sekolah perlu mendukung mereka untuk tidak memikirkan perbedaan SARA yang pasti beraneka ragam di suatu sekolah. Dengan mengeratkan tersebut, perlu diciptakan suasana yang dapat menjalin kerjasama mereka. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat berupa ekskul, organisasi, makrab, pekan olahraga, pentas seni, peringatan hari besar, dan masih banyak lagi. Setiap sekolah sebaiknya mengharuskan mereka untuk mengikuti beberapa kegiatan dari yang telah disebutkan di atas agar dapat mengisi waktu mereka dengan hal-hal yang berguna.
Selain itu, guru dan orangtua juga harus mengikuti pergaulan seperti apa yang anak-anak mereka ikuti semasa di sekolah. Kita tahu setegas apapun guru dan seketat apapun peraturan, tetap saja masih ada anak-anak yang pergaulannya buruk karena di luar sekolah dia terbiasa dengan lingkungan lain yang tidak benar. Hal ini perlu dicegah dan ditangani secara efektif agar tidak menyebar ke anak-anak lain.


Untuk apa pintar, tapi tidak bermoral? *:( sad



7. Bentuk Ujian Kelulusan
Poin ketujuh ini salah satu yang sangat ingin kubahas. Merujuk ke opiniku, ingin sekali jika penerapan Ujian Nasional di Indonesia DIHAPUSKAN. Ya, secara lugas dan terbuka aku berani mengungkapkan hal ini karena menurutku, ujian nasional tidak dapat dijadikan standar kelulusan yang tepat bagi anak-anak di Indonesia. Memang sistem ini tidak 100% salah, tapi banyak kerugian yang dapat diukur dari berbagai kejadian yang selama ini menyertai kelangsungan UN, terutama disebabkan oknum yang tidak bertanggung jawab.

Aku yang sudah merasakan 2 kali sejak SD dan SMP pun masih merasa sedikit gentar, kali ini aku yang baru saja naik ke kelas 12 SMA sudah merasakan atmosfir yang berbeda mengingat akan menghadapi ujian tersebut. Bukan kesulitan soal dan pelajaran yang aku takutkan, melainkan banyaknya kecurangan yang akan terjadi lagi. Bahwa sudah menjadi rahasia umum, setiap tahun, di setiap berita yang disajikan selama ujian nasional berlangsung, selalu ada kebocoran soal dan kunci jawaban dari pihak-pihak yang seharusnya menjaga kedua hal itu. Bagi mereka yang bertindak jujur, tentu akan sangat merugikan jika kerja keras dan upaya mereka selama 3 tahun hanya ditentukan dengan ujian nasional yang kurang dari seminggu, dan bisa saja hasilnya di bawah mereka yang melakukan kecurangan. 

Sekali lagi, moral dan karakter bangsalah yang kini sedang terpuruk. Mencontek dan mendapat kunci jawaban mungkin bukanlah hal asing bagi sebagian anak-anak sekolah, dan dijadikan kebiasaan. Bahkan sebagian juga menganggapnya sebagai "bumbu-bumbu" yang menjadikan masa SMP dan SMA adalah masa kekompakan yang erat, ya, kompak berbuat hal yang tidak baik. Sungguh miris *:( sad

Tahukah kamu 5 negara maju yang sukses dalam sistem pendidikan tanpa menerapkan Ujian Nasional? Mereka adalah Finlandia, Amerika, Kanada, Jerman, dan Australia. Apa yang menyebabkan kelima negara tersebut sukses? Diantaranya guru yang benar-benar profesional, fasilitas yang memadai, dan evaluasi yang selalu dilakukan setiap tahun. Menurutku, jika UN di Indonesia ditiadakan, pemerintah bisa menghemat keuangan negara dan dana APBN bisa disalurkan ke berbagai sekolah untuk menjamin fasilitas yang memadai. Kita tahu masih banyak sekolah di Indonesia tepatnya di pedesaan atau perkampungan yang masih dibawah standar kelayakan, ya, hanya disorot berita televisi, tapi tidak ada tindakan lanjut dari pemerintah. Bayangkan jika kita bisa menghemat ratusan juta bahkan lebih dari hasil meniadakan UN yang membutuhkan kertas, scanner, biaya tenaga pembuat soal, tenaga penjaga, dan tenaga penyaluran yang begitu banyak. Sebab ketika dilaksanakan hasilnya pendidikan Indonesia tidak berubah, tetap saja terpuruk.

Untuk itu, menurutku ujian kelulusan didasarkan kepada nilai rapor sekolah masing-masing saja. Untuk masuk ke jenjang selanjutnya bagi sekolah yang tidak mau menerima rapor saja, dapat diadakan ujian masing-masing di setiap sekolah tersebut. Jangan jadikan nilai sebagai prioritasmu, tapi jadikan ilmulah yang dikejar semasa sekolah. Karena kehidupan sesungguhnya baru dimulai ketika kita lulus dari sekolah nanti, yang mana nilai hanya berpengaruh kecil kepada keberhasilan kita, karena itu percuma saja jika sekolah curang meninggikan nilai-nilai muridnya sendiri.


8. Harapan untuk Pendidikan Indonesia ke Depan

Poin terakhir, adalah penutup untuk tulisanku kali ini. Aku selalu berharap, di kemudian hari, pendidikan Indonesia bisa sukses dan menjadi contoh bagi negara-negara lain. Bukan hanya pintar secara intelektual saja, tapi juga pandai menyeimbangkan diri dengan agama dan sosialisasi. Ingin suatu saat, sekolah adalah tempat di mana anak-anak dapat berkembang dengan semestinya tanpa ada tekanan dan merupakan masa-masa yang indah karena sistem pendidikan yang teratur.

Aku juga berharap, inilah visi dan misi sekolah yang dikedepankan di Indonesia.

"School, is a MASTERPIECE!"

Morale.
Achievement.
Straight on the right way.
Together.
Equality.
Religion.
Prosperity.
Incredible.
Evaluation.
Champion.
EXTRAORDINARY!

With knowledge and morale we'll get a great achievement someday, of course if we run straight on the right way together. With equality of religion too, there will be an incredible prosperity for our future. Evaluate ourselves, then be a champion, so this life will be an EXTRAORDINARY thing for the others!
So, let's make your MASTERPIECE!

Komentar

  1. selamat yaaaa artikelmu ini menang...
    wahhh aqu aja kalah ama kemampuan menulismu... salam kenal -adila-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Adila, salam kenal juga, Nindya :)
      Masih banyak kesempatan, ayo sama-sama berjuang lagi, keep writing!

      Hapus
  2. Assalamualaikum. Ulasannya lengkap, detail bahasannya. Hebat, selamat ya juara blog comp :) Salam kenal, saya Husni Radiyan Al-Banna, Sman 1 Bekasi. Husniradiyan.wordpress.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaykumsalam. Terimakasih banyak Husni, selamat ya berada di urutan 16! Tulisannya juga bagus dan pesannya jelas, terus berkarya :)

      Hapus
  3. Balasan
    1. Thank you, yours too :)
      Keep writing and sharing for the others :D

      Hapus
  4. Jadi ini 2nd place nya :D padahal keren abis!! harusnya sih bisa jadi pemenangnya. Saya harus banyak belajar dari mbak nya :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah terimakasih banyak, sebenarnya masih banyak tulisan yang lebih bagus menurut saya hehe. Saya juga masih banyak belajar dari penulis yang lain, semangat terus untuk berbagi ya :)

      Hapus

Posting Komentar